Rabu, 28 Desember 2011

surat cinta dari manusia-manusia yang malamnya penuh cinta

Ditujukan kepada : Insan yang tersia-sia malamnya (note bagus, mari mengoreksi diri sendiri^_^)

Wahai orang-orang yang terpejam matanya, Perkenankanlah kami, manusia-manusia malam menuliskan sebuah surat cinta kepadamu. Seperti halnya cinta kami pada waktu malam-malam yang kami rajut di sepertiga terakhir. Atau seperti cinta kami pada keagungan dan rahasianya yang penuh pesona. Kami tahu dirimu bersusah payah lepas tengah hari berharap intan dan mutiara dunia. Namun kami tak perlu bersusah payah, sebab malam-malam kami berhiaskan intan dan mutiara dari surga.

Wahai orang-orang yang terlelap, Sungguh nikmat malam-malammu. Gelapnya yang pekat membuat matamu tak mampu melihat energi cahaya yang tersembunyi di baliknya. Sunyi senyapnya membuat dirimu hanyut tak menghiraukan seruan cinta. Dinginnya yang merasuk semakin membuat dirimu terlena,menikmati tidurmu di atas pembaringan yang empuk, bermesraan dengan bantal dan gulingmu, bergeliat manja di balik selimutmu yang demikian hangatnya. Aduhai kau sangat menikmatinya.

Wahai orang-orang yang terlena, Ketahuilah, kami tidak seperti dirimu !! Yang setiap malam terpejam matanya, yang terlelap pulas tak terkira. Atau yang terlena oleh suasananya yang begitu menggoda. Kami tidak seperti dirimu !! Kami adalah para perindu kamar di surga. Tak pernahkah kau dengar Sang Insan Kamil, Rasulullah SAW bersabda : “Sesungguhnya di surga itu ada kamar yang sisi luarnya terlihat dari dalam dan sisi dalamnya terlihat dari luar. Disediakan untuk mereka yang memberi makan orang-orang yang memerlukannya, menyebarkan salam serta mendirikan sholat pada saat manusia terlelap dalam tidur malam.” Sudahkah kau dengar tadi ? Ya, sebuah kamar yang menakjubkan untuk kami dan orang-orang yang mendirikan sholat pada saat manusia-manusia yang lain tertutup mata dan hatinya.

Wahai orang-orang yang keluarganya hampa cinta, Kau pasti pernah mendengar namaku disebut. Aku Abu Hurairah, Periwayat Hadist. Kerinduanku akan sepertiga malam adalah hal yang tak terperi. Penghujung malam adalah kenikmatanku terbesar. Tapi tahukah kau ? Kenikmatan itu tidak serta merta kukecap sendiri. Kubagi malam-malamku yang penuh syahdu itu menjadi tiga. Satu untukku, satu untuk istriku tercinta dan satu lagi untuk pelayan yang aku kasihi. Jika salah satu dari kami selesai mendirikan sholat, maka kami bersegera membangunkan yang lain untuk menikmati bagiannya. Subhanallah, tak tergerakkah dirimu ? Pedulikah kau pada keluargamu ? Adakah kebaikan yang kau inginkan dari mereka ? Sekedar untuk membangunkan orang-orang yang paling dekat denganmu, keluargamu ?

Lain lagi dengan aku, Nuruddin Mahmud Zanki. Sejarah mencatatku sebagai Sang Penakluk kesombongan pasukan salib. Suatu kali seorang ulama tersohor Ibnu Katsir mengomentari diriku, katanya, ” Nuruddin itu kecanduan sholat malam, banyak berpuasa dan berjihad dengan akidah yang benar.” Kemenangan demi kemenangan aku raih bersama pasukanku. Bahkan pasukan musuh itu terlibat dalam sebuah perbincangan seru. Kata mereka, ” Nuruddin Mahmud Zanki menang bukan karena pasukannya yang banyak. Tetapi lebih karena dia mempunyai rahasia bersama Tuhan”. Aku tersenyum, mereka memang benar. Kemenangan yang kuraih adalah karena do’a dan sholat-sholat malamku yang penuh kekhusyu’an. Tahukah kau dengan orang yang selalu setia mendampingiku ? Dialah Istriku tercinta, Khotun binti Atabik. Dia adalah istri shalehah di mataku, terlebih di mata Alloh. Malam-malam kami adalah malam penuh kemesraan dalam bingkai Tuhan.

Gemerisik dedaunan dan desahan angin seakan menjadi pernak-pernik kami saat mendung di mata kami jatuh berderai dalam sujud kami yang panjang. Kuceritakan padamu suatu hari ada kejadian yang membuat belahan jiwaku itu tampak murung. Kutanyakan padanya apa gerangan yang membuatnya resah. Ya Alloh, ternyata dia tertidur, tidak bangun pada malam itu, sehingga kehilangan kesempatan untuk beribadah. Astaghfirulloh, aku menyesal telah membuat dia kecewa. Segera setelah peristiwa itu kubayar saja penyesalanku dengan mengangkat seorang pegawai khusus untuknya. Pegawai itu kuperintahkan untuk menabuh genderang agar kami terbangun di sepertiga malamnya.

Wahai orang-orang yang terbuai, Kau pasti mengenalku dalam kisah pembebasan Al Aqso, rumah Allah yang diberkati. Akulah pengukir tinta emas itu, seorang Panglima Perang, Sholahuddin Al-Ayyubi. Orang-orang yang hidup di zamanku mengenalku tak lebih dari seorang Panglima yang selalu menjaga sholat berjama’ah. Kesenanganku adalah mendengarkan bacaan Alqur’an yang indah dan syahdu. Malam-malamku adalah saat yang paling kutunggu. Saat-saat dimana aku bercengkerama dengan Tuhanku. Sedangkan siang hariku adalah perjuangan-perjuangan nyata, pengejawantahan cintaku pada-Nya.

Wahai orang-orang yang masih saja terlena, Pernahkah kau mendengar kisah penaklukan Konstantinopel ? Akulah orang dibalik penaklukan itu, Sultan Muhammad Al Fatih. Aku sangat lihai dalam memimpin bala tentaraku. Namun tahukah kau bahwa sehari sebelum penaklukan itu, aku telah memerintahkan kepada pasukanku untuk berpuasa pada siang harinya. Dan saat malam tiba, kami laksanakan sholat malam dan munajat penuh harap akan pertolongan-Nya. Jika Alloh memberikan kematian kepada kami pada siang hari disaat kami berjuang, maka kesyahidan itulah harapan kami terbesar. Biarlah siang hari kami berada di ujung kematian, namun sebelum itu, di ujung malamnya Alloh temukan kami berada dalam kehidupan. Kehidupan dengan menghidupi malam kami.

Wahai orang-orang yang gelap mata dan hatinya, Pernahkah kau dengar kisah Penduduk Basrah yang kekeringan ? Mereka sangat merindukan air yang keluar dari celah-celah awan. Sebab terik matahari terasa sangat menyengat, padang pasir pun semakin kering dan tandus. Suatu hari mereka sepakat untuk mengadakan Sholat Istisqo yang langsung dipimpin oleh seorang ulama di masa itu. Ada wajah-wajah besar yang turut serta di sana, Malik bin Dinar, Atho’ As-Sulami, Tsabit Al-Bunani. Sholat dimulai, dua rakaat pun usai. Harapan terbesar mereka adalah hujan-hujan yang penuh berkah. Namun waktu terus beranjak siang, matahari kian meninggi, tak ada tanda-tanda hujan akan turun. Mendung tak datang, langit membisu, tetap cerah dan biru. Dalam hati mereka bertanya-tanya, adakah dosa-dosa yang kami lakukan sehingga air hujan itu tertahan di langit ? Padahal kami semua adalah orang-orang terbaik di negeri ini ? Sholat demi sholat Istisqo didirikan, namun hujan tak kunjung datang.

Hingga suatu malam, Malik bin Dinar dan Tsabit Al Bunani terjaga di sebuah masjid. Saat malam itulah, aku, Maimun, seorang pelayan, berwajah kuyu, berkulit hitam dan berpakaian usang, datang ke masjid itu. Langkahku menuju mihrab, kuniatkan untuk sholat Istisqo sendirian, dua orang terpandang itu mengamati gerak gerikku. Setelah sholat, dengan penuh kekhusyu’an kutengadahkan tanganku ke langit, seraya berdo’a : “Tuhanku, betapa banyak hamba-hamba-Mu yang berkali-kali datang kepada-Mu memohon sesuatu yang sebenarnya tidak mengurangi sedikitpun kekuasaan-Mu. Apakah ini karena apa yang ada pada-Mu sudah habis ? Ataukah perbendaharaan kekuasaan-Mu telah hilang ? Tuhanku, aku bersumpah atas nama-Mu dengan kecintaan-Mu kepadaku agar Engkau berkenan memberi kami hujan secepatnya.” Lalu apa gerangan yang terjadi ? Angin langsung datang bergemuruh dengan cepat, mendung tebal di atas langit. Langit seakan runtuh mendengar do’a seorang pelayan ini. Do’aku dikabulkan oleh Tuhan, hujan turun dengan derasnya, membasahi bumi yang tandus yang sudah lama merindukannya.

Malik bin Dinar dan Tsabit Al Bunani pun terheran-heran dan kau pasti juga heran bukan ? Aku, seorang budak miskin harta, yang hitam pekat, mungkin lebih pekat dari malam-malam yang kulalui. Hanya manusia biasa, tapi aku menjadi sangat luar biasa karena doaku yang makbul dan malam-malam yang kupenuhi dengan tangisan dan taqarrub pada-Nya.

Wahai orang-orang yang masih saja terpejam, Penghujung malam adalah detik-detik termahal bagiku, Imam Nawawi. Suatu hari muridku menanyakan kepadaku, bagaimana aku bisa menciptakan berbagai karya yang banyak ? Kapan aku beristirahat, bagaimana aku mengatur tidurku ? Lalu kujelaskan padanya, “Jika aku mengantuk, maka aku hentikan sholatku dan aku bersandar pada buku-bukuku sejenak. Selang beberapa waktu jika telah segar kembali, aku lanjutkan ibadahku.” Aku tahu kau pasti berpikir bahwa hal ini sangat sulit dijangkau oleh akal sehatmu. Tapi lihatlah, aku telah melakukannya, dan sekarang kau bisa menikmati karya-karyaku.

Wahai orang-orang yang tergoda, Begitu kuatkah syetan mengikat tengkuk lehermu saat kau tertidur pulas ? Ya, sangat kuat, tiga ikatan di tengkuk lehermu !! Dia lalu menepuk setiap ikatan itu sambil berkata, “Hai manusia, Engkau masih punya malam panjang, karena itu tidurlah !!”. Hei, Sadarlah, sadarlah, jangan kau dengarkan dia, itu tipu muslihatnya ! Syetan itu berbohong kepadamu. Maka bangunlah, bangkitlah, kerahkan kekuatanmu untuk menangkal godaannya. Sebutlah nama Alloh, maka akan lepas ikatan yang pertama. Kemudian, berwudhulah, maka akan lepas ikatan yang kedua. Dan yang terakhir, sholatlah, sholat seperti kami, maka akan lepaslah semua ikatan-ikatan itu.

Wahai orang-orang yang masih terlelap, Masihkah kau menikmati malam-malammu dengan kepulasan ? Masihkah ? Adakah tergerak hatimu untuk bangkit, bersegera, mendekat kepada-Nya, bercengkerama dengan-Nya, memohon keampunan-Nya, meski hanya 2 rakaat ? Tidakkah kau tahu, bahwa Alloh turun ke langit bumi pada 1/3 malam yang pertama telah berlalu. Tidakkah kau tahu, bahwa Dia berkata, “Akulah Raja, Akulah Raja, siapa yang memohon kepada-Ku akan Kukabulkan, siapa yang meminta kepada-Ku akan Kuberi, dan siapa yang memohon ampun kepada-Ku akan Ku ampuni. Dia terus berkata demikian, hingga fajar merekah.

Wahai orang-orang yang terbujuk rayu dunia, Bagi kami, manusia-manusia malam, dunia ini sungguh tak ada artinya. Malamlah yang memberi kami kehidupan sesungguhnya. Sebab malam bagi kami adalah malam-malam yang penuh cinta, sarat makna. Masihkah kau terlelap ? Apakah kau menginginkan kehidupan sesungguhnya ? Maka ikutilah jejak kami, manusia-manusia malam. Kelak kau akan temukan cahaya di sana, di waktu sepertiga malam. Namun jika kau masih ingin terlelap, menikmati tidurmu di atas pembaringan yang empuk, bermesraan dengan bantal dan gulingmu, bergeliat manja di balik selimutmu yang demikian hangatnya, maka surat cinta kami ini sungguh tak berarti apa-apa bagimu. Semoga Alloh mempertemukan kita di sana, di surga-Nya, mendapati dirimu dan diri kami dalam kamar-kamar yang sisi luarnya terlihat dari dalam dan sisi dalamnya terlihat dari luar. Semoga…
Wassalamu’alaykum warohmatulloohi wabarokaatuh
** note bagus^_^, copas pada sebuah FB 2 tahun yang lalu dan tersave di komputer rumah, dan tidak tercantum sumbernya..

S.E.T.I.A

Aku sedang berpikir tentang makna kesetiaan. Apa makna setia? mengapa seseorang bisa setia?
Kesetiaan macam apa yang mereka miliki? demi jilbab mereka rela dikeluarkan dari sekolah. Demi membela yang haq, kesetiaannya pada syari’at Allah membuat keberanian mereka tak lekang. Pendapat ekstremisitas jilbab berhasil mereka dobrak. Atas idealisme dan kesetiaan mereka pula kini kita dapat berjilbab dengan bebasnya.
Setia, saat satu sms saja sudah dapat menggerakkan seribu orang untuk berkumpul dan berpadu. Demi menggulingkan tiran yang telah berkuasa berpuluh tahun, juga dengan menggunakan bis tumpangan yang entah bagaimana nanti pulang, mereka berdiri di bawah jembatan semanggi. Berpadu dengan mahasiswa lainnya untuk menyuarakan jeritan hati revolusi. Takbir terpekik, semangat terbakar. Setia, hingga menyadari bahwa tingkatan jihad paling tinggi adalah menyuarakan kebenaran di hadapan pemimpin yang dzolim.
Juga setia, saat mereka yang tak pernah dibayar sepeserpun, rutin mengadakan balai pengobatan di RT RW. Melayani masyarakat demi masyarkat yang datang. Berusaha untuk memberitahu lewat perilaku, bahwa seorang muslim semestinya bermanfaat. Atau pula saat bencana gempa dan tsunami. Saat masyarakat telah kehilangan segalanya, mereka mengingatkan bahwa hal yang paling pertama yang harus mereka lakukan adalah mendekatkan diri kepada Allah.

Hanya kesetiaan yang mampu menyentuh hati. Saat hari demi hari ia habiskan dengan berjalan kaki. Uang di kantong telah habis digunakan untuk memfotokopi buletin Jum’at, juga buletin Fakultas. Tak ada teman yang tau, hanya sendal bututnyalah yang bicara.
Menurutku kesetiaan pada amanah pun adalah kesetiaan..
Mengapa setiap pekan ia rela menempuh jarak Sumatera-Jawa dengan menaiki bis estafet, demi memberikan ta’lim selama dua jam saja? Setiap pekan demikian. Padahal yang ia bina hanya satu lingkaran, itu pun kurang dari sepuluh orang. Namun ia selalu yakin, bahwa sepuluh orang ini yang akan menjadi duta-duta da’wah seperti Mush’ab bin Umair. Di saat media elektronik tak secanggih sekarang, kesetiaannya lebih canggih dari apapun. Siapa yang hatinya tak tersentuh jika memiliki guru seperti itu.
Lalu mengapa ia bisa setia? Di surau-surau kecil itu, memahat jiwa-jiwa pembaharu. Murid-murid putih abu dengan kepulan semangat masa muda. Tanpa pamrih, tanpa gelar, tanpa ada yang tau. Hari demi hari ia lalui dengan senang. Menjelaskan ma’rifatullah, ma’rifaturrasul, ma’rifatulqur’an, ma’rifatul insan dengan sederhana. Membuat sang murid bangga atas identitas keislamannya. Hingga akhirnya sang murid pun memiliki murid, kemudian murid sang murid pun memiliki murid, begitu seterusnya. Hingga dengan kesetiaan ia berhasil membangun imperium da’wah thullabi.
Saat semua orang datang dan pergi, hanya ia yang tetap berada di tempat. Saat amanah da’wah terasa berat, di saat banyak yang meragukan keberhasilan, hanya ia yang tetap yakin bahwa pertolongan Allah akan membuat amanah ini terlaksana. Dan ternyata benar adanya, idza jaa anashrullahi wal fath.. bahwa orang-orang akan berbondong-bondong bergabung bersama kita saat kemenangan tiba.
Kesetiaan, saat mereka rapat setiap hari membicarakan masa depan da’wah. Bagaimana mengembangkan da’wah ini dan juga bagaimana membuat generasi selanjutnya dapat lebih baik dari mereka.
Setia, saat engkau tak rela mengikuti hawa nafsumu sendiri atas hal-hal yang engkau senangi. Karena engkau terlanjur tersibghoh hidayah, juga kerena perilakumu akan dicontoh oleh generasi-generasi setelahmu.

Maka setia, saat engkau bertahan untuk menyelesaikan amanahmu sampai akhir. Dengan sesempurna mungkin ikhtiar, tanpa keraguan bahwa suatu saat dengan izin Allah semua ini akan membuahkan hasil.

Dan tak ada yang menandingi kesetiaan Rasulullah pada amanahnya. Di akhir hayat pun ia berkata, Ummati.. ummati.. ummati..
Setialah kepada mimpi, maka bertahanlah terhadap rasa sakit (Zainiyah Rizkita A.).

Jika kita tak memiliki kesetiaan seperti para pendahulu. Setialah pada amanah kita. Sungguh kekuatan seseorang tidak dilihat pada besar kecilnya amanah yang ia emban. Juga tak dilihat dari jabatan apa yang sudah ia pangku. Melainkan sejauh apa ia berhasil menghasilkan epik atas kesetiaannya pada amanah. Karena kesetiaan adalah pasangan dari keimanan, begitu pula sebaliknya.

Jangan jadi aktivis kutu loncat, yang berpindah dari satu amanah ke amanah lain tanpa menyelesaikan satupun darinya dengan baik. Setialah seperti kiper yang terus berada di depan gawang apapun yang terjadi, dengan atau tanpa adanya bola. Karena jika amanahmu adem ayem saja, itupun pertanda sesuatu tak beres terjadi, yaitu tak ada perkembangan ke arah yang lebih baik.

Setialah..
Terinspirasi dari tulisan berikut,
“Apa pun amanah dan peran yang engkau miliki, sekecil apa pun itu, kesetiaan akan membuatnya menjadi besar di mata Allah. Kisahnya akan menjadi epik yang diambil pelajaran serta hikmahya oleh orang-orang setelahmu. Tidak ada batu yang tidak akan berubah menjadi permata, jika engkau memahatnya dengan kesetiaan. Tidak ada seng yang tak akan berubah menjadi emas, jika engkau menempanya dengan kesetiaan. Karena kesetiaan ialah pasangan keimanan."

*diselesaikan senin, 141111, kajian BDM AL HIKMAH

ya Allah hari ini aku menangis T.T

Ya Allah, hari ini saya menangis.
Sedih rasanya amanah sebesar itu dibebankan pada orang yang masih rapuh,
kurang di sana-sini,
juga masih belajar mengatur diri..
Terlebih lagi ia yang bertanggungjawab atas keberlangsungan regenerasi,
padahal dirinya sendiri adalah bagian dari degradasi.

Ya Allah saya menangis,
lebih lebih lagi menangis,
karena ia adalah saya,
dan saya harus menerima itu dengan lapang dada.
Mereka pikir saya mampu,
namun dalam hati saya sungguh takut,
sebenarnya saya tidak seperti yang mereka pikirkan.
Hanya Engkau yang telah menutup aib-aib saya.
Ya Allah, saya takut..

Namun hari ini saya pun berbahagia,
mungkin Engkau menginginkan kebaikan yang lain.
Juga mentarbiyahi dengan amanah ini.
Hari ini saya mencium aroma itu lagi, ya Allah..
aroma saat saya pertama kali bertarbiyah,
dada yang sesak oleh sebuah perasaan aneh,
antara antusiasme dan kebahagiaan.
Juga nuansa ketertarikan karena menemukan hal yang belum saya ketahui sama sekali.
Entah itu apa.
tak ada lebih yang bisa saya janjikan,
kecuali memberikan yang saya mampu berikan.
Robbana, faghfirlanaa..
Allahumma yassir walaa tu asir..

Jumat, 23 Desember 2011

Ada Kalanya Kita Harus Menerima Bahwa Kita Memang Sedikit

Hanya dua ekor kuda ditambah tujuh puluh ekor unta yang mereka miliki. Satu ekor bisa dinaiki dua sampai tiga orang dari mereka. Sedang yang lain melenggang kaki, berjalan biasa tanpa kendaraan satu pun. Dengan perbekalan seadanya saja, namun semangat mereka jauh dari seadanya. Termasuk juga Ukasyah, salah satu dari mereka yang hanya membawa pedang dari kayu akar pohon pemberian Rasulullah. Tak ada gentar baginya, kayu tersebut disandang dengan penuh kebanggan untuk dapat membela kaum muslimin. Mereka tau, di depan sana, seribu pasukan musuh menghadang. Tidak main-main, seribu orang dengan perbekalan dan persenjataan yang lengkap. Dengan dada membusung, juga wajah beringas, mereka siap menerkam pasukan kaum muslimin yang terlihat tak ada apa-apanya. Hanya pasukan biasa, dengan tiga orang berdesak-desakan dalam satu kuda, juga prajurit biasa yang bangga dengan pedang kayu. Tak ada apa-apanya.

Badr, tempat mereka melihat lautan manusia itu. Seribu, dengan persenjataan lengkap siap membantai. Lalu Rasulullah sebagai pemimpin bersiap siaga. Tak ada dari mereka yang mundur berhianat, gentar akan lautan manusia yang mereka lihat. Tidak, bahkan Al-Miqdad bin Amir berkata,

“Wahai Rasulullah, majulah terus seperti yang diperlihatkan Allah kepada engkau. Kami akan bersama engkau. Demi Allah, kami tidak akan berkata kepada engkau sebagaimana bani Israel berkata kepada Musa: Pergilah engkau sendiri bersama Rabb-mu lalu berperanglah kalian berdua, sesungguhnya kami ingin duduk menanti di sini saja. Tetapi
pergilah engkau bersama Rabb-mu lalu berperanglah kalian berdua, dan sesungguhnya kami akan bersama kalian berdua. Demi yang mengutusmu dengan kebenaran, andaikata engkau pergi membawa kami ke dasar sumur yang gelap, maka kami pun siap bertempur bersama engkau.”

Tak hanya Al-Miqdad, Saad bin Muadz tak rela ketinggalan,

“Kami sudah beriman kepada engkau. Kami sudah membenarkan engkau. Kami sudah bersaksi bahwa apa yang engkau bawa adalah kebenaran. Kami sudah memberikan sumpah dan janji kami untuk patuh dan taat. Maka majulah terus wahai Rasulullah seperti yang engkau kehendaki. Demi yang mengutus engkau dengan kebenaran, andaikata engkau bersama kami terhalang lautan lalu engkau terjun ke dalam lautan itu, kami pun
akan terjun bersama engkau. Tak seorang pun diantara kami yang akan mundur. Kami suka jika besok engkau berhadapan dengan musuh bersama kami. Sesungguhya kami dikenal sebagai orang-orang yang sabar dalam peperangan dan jujur dalam pertempuran. Semoga Allah memperlihatkan kepadamu tentang diri kami, apa yang engkau senangi. Maka majulah bersama kami dengan barakah Allah.”

Lalu mereka menepati janjinya, bertempur dengan segalanya. Harta juga jiwa, tak sayang mereka korbankan.
Tak ada yang menoleh ke belakang, bertanya-tanya, "Di mana mu'min yang lain?". Padalah jumlah mereka hanya 317, ya... 317 dari 1000.
(Kisah Badar)

Dari kisah perang Badar kita dapat mempelajari sesuatu, bahwa jumlah yang sedikit tak mustahil untuk mengalahkan jumlah yang banyak atas izin Allah. Namun hal tersebut sudah sering dibahas. Saya akan membahas hal lain yang menurut saya menarik. Saya hanya tertarik pada reaksi spontan kaum muslimin pada perang badar. Dengan jumlah pasukan yang sangat sedikit dibandingkan dengan kafilah dagang Abu Sufyan yang jumlahnya 1000, tak ada ungkapan dari mereka, "Di mana mu'min yang lain?" atau "Mengapa kami yang harus turut serta sedangkan yang lain dapat bersantai-santai di rumah?" atau "Mengapa kami yang harus dikorbankan?". Padahal secara logis mereka kalah telak. Menarik sekali membandingkan tingkah polah para sahabat dengan realitas yang terjadi saat ini. Berapa banyak kondisi yang pada akhirnya membuat kader da'wah merasa dikorbankan/ ditumbalkan dengan amanah yang diberikan kepadanya. Padahal di mata orang lain, secara logis, ia mampu.. bahkan lebih daripada sekedar mampu mengemban amanah itu secara biasa-biasa saja. Atau ketika hanya sedikit kader da'wah yang membantu, kemudian ia mengeluh, bahwa ia merasa ditinggalkan, merasa lelah karena harus mengerjakan ini semuanya.

Adakalanya, terimalah bahwa jumlah kita memang sedikit. Lalu, tidak perlu menghabiskan banyak waktu untuk sekedar 'menyeret-nyeret' orang yang sejak awal memang tak ingin bergeming. Sadarilah bahwa lebih baik waktu kita digunakan untuk mencapai tujuan, bukan sekedar konsolidasi internal semata. Jika kemenangan da'wah datang, percayalah bahwa mereka akan berbondong-bondong turut serta. Terimalah bahwa kita memang sedikit, setelah itu tingkatkan kapasitas diri juga kesabaran, agar nilai diri bisa 10 kali lipat dari kondisi awal. Tak perlu kita menoleh ke belakang, terlalu banyak hal lain yang harus kita selesaikan untuk mencapai kemenangan da'wah. Biarlah mereka yang tak mau turut serta, tak perlu turut serta. Siapa tau kita tidak tahu saja, bahwa mereka punya amal unggulan lain yang sibuk dikerjakan. Semangat Ahlul Badar harus kita contoh. Jika semua diniatkan untuk Allah, semestinya tidak perlu ada yang merasa dikorbankan atau ditinggalkan. Semua amal yang engkau kerjakan tentu akan kembali kepadamu, bukan kepada lumbung amal orang lain.

Tak perlu menoleh, yang perlu kita lakukan hanya menerima bahwa kita memang sedikit. Dan itu tidak mengindikasikan bahwa kita telah kalah. Bercermin pada kisah Badar..


Allahua'lam bisshowab
* Hamba yang lemah
muhasabah diri T.T, ahad, 31 Oktokber, perjalanan Jogja menuju Malang, yang sangat SERU, membuat mata-mata waspada, rasa kantuk yang sangt mjd hilang,  hati berdesir.. berharap selamat samapai kota Malang. Semoga kita semua bisa istiqomah (terutama ynag bwt note), Amin^^

CINTA


kalau dipikir,
berapa kali ingin berhenti dari ini semua
berapa banyak gores hati
berapa banyak kekecewaan
juga berkali-kali sempitnya hati..

Tapi ia adalah cinta
lalu cinta meminta semuanya darimu
pikiranmu, perhatianmu, jalanmu, duduk, dan tidur
juga saat lelap, isi mimpimu tentang dakwah, tentang umat

lagi-lagi memang seperti itu dakwah..
menyedot saripati energimu.
sampai ke tulangmu.
sampai daging terakhir di tubuh rentamu.
Tubuh yang luluh lantak diseret-seret..
tubuh yang hancur lebur dipaksa berlari..

Maka jika ia cinta,
ia akan membawamu
dan cinta akan membawamu kembali di sini.
*insomnia again. Efek dari minum obat, puncaknya tubuh kehabisan saripati karena cinta^_^
Az Zahrah App, 221211, 0:51

Selasa, 18 Oktober 2011

Cara Menghafal Surat Al Quran


Bismillahirrahmanirrahim^^
 Merasa belum hafal nama-nama surat??? Yuk ngutip tips…smga bermanfaat^^

Cerita I; (Surah 1 – 10)
Aku membaca Al-Qur’an dimulai dengan PEMBUKAAN. Kebetulan waktu itu
tetanggaku sedang memotong SAPI BETINA untuk KELUARGA IMRAN yang punya
anak wanita bernama AN NISA. Ia lapar makan HIDANGAN, sisanya ia
berikan untuk BINATANG TERNAK yang berkandang di TEMPAT-TEMPAT YANG
TINGGI, di sana dibagikan HARTA RAMPASAN PERANG yang dilakukan setelah
TAUBAT seperti taubatnya YUNUS
NO KRONOLOGI CERITA
1 PEMBUKAAN – AL-FATIHAH
2 SAPI BETINA – AL-BAQOROH
3 KELUARGA IMRAN – ALI IMRON
4 AN NISA (WANITA) – AN NISA
5 HIDANGAN – AL MAIDAH
6 BINATANG TERNAK – AL AN ‘AM
7 TEMPAT-TEMPAT YANG TINGGI – AL A’ ROF
8 HARTA RAMPASAN PERANG – AL ANFAL
9 TAUBAT – AT TAUBAH
10 YUNUS -YUNUS

Cerita II; (Surah 11 – 20)
HUD dan YUSUF disambar PETIR sementara itu IBRAHIM sedang berada di
PEGUNUNGAN HIJR tempat dimana LEBAH memulai PERJALANAN MALAM menuju ke
GUA tempat bersembunyinya MARYAM dan TOHA.
NO KRONOLOGI CERITA
11 HUD – HUD
12 YUSUF-YUSUF
13 PETIR – AR RA’D
14 IBRAHIM -IBRAHIM
15 PEGUNUNGAN HIJR – AL HIJR
16 LEBAH – AN NAHL
17 PERJALANAN MALAM – AL ISRO
18 GUA – AL KAHFI
19 MARYAM – MARYAM
20 TOHA – TOHA

Cerita III; (Surah 21 – 30)
PARA NABI pergi HAJI diikuti oleh ORANG-ORANG BERIMAN berpakain putih
- putih sehingga laksana CAHAYA yang menjadi PEMBEDA ANTARA YANG BENAR
DAN BATHIL seperti ceritanya PARA PENYAIR tentang SEMUT dalam buku
KISAH -KISAH dan juga tentang LABA-LABA yang menyerang BANGSA ROMAWI.
NO KRONOLOGI CERITA
21 PARA NABI – AL ANBIYA
22 HAJI – AL HAJJ
23 ORANG – ORANG BERIMAN-AL MU’MINUN
24 CAHAYA – AN NUR
25 PEMBEDA ANTARA YANG BENAR DAN BATHIL – AL FURQON
26 PARA PENYAIR – ASY SYU ‘ARO
27 SEMUT-AN NAML
28 KISAH-KISAH – AL QOSHOSH
29 LABA-LABA – AL ‘ANKABUT
30 BANGSA ROMAWI – AR RUM

Cerita IV; (Surah 31 – 40)
LUKMAN tidak berSUJUD di kaki GOLONGAN YANG BERSEKUTU dengan KAUM
SABA’ yang tidak beriman kepada Yang Maha PENCIPTA. Sementara itu
YASIN menyiapkan orang YANG BERSHAF – SHAF membentuk huruf SHOD dengan
ROMBONGAN – ROMBONGAN untuk memohon kepada YANG PENGAMPUN dari
kesalahan.
NO KRONOLOGI CERITA
31 LUKMAN – LUQMAN
32 SUJUD – AS SAJDAH
33 GOLONGAN YANG BERSEKUTU – AL AHZAB
34 KAUM SABA’ – SABA’
35 PENCIPTA – FATHIR
36 YASIN – YASIN
37 YANG BERSHAF-SHAF – ASH SHOOFFAT
38 SHOD – SHOD
39 ROMBONGAN-ROMBONGAN – AZ ZUMAR
40 YANG PENGAMPUN – GHOFIR

Cerita V; (Surah 41 – 50)
YANG DIJELASKAN dalam MUSYAWARAH itu tentang hukum PERHIASAN bukan
tentang KABUT membawa orang YANG BERLUTUT di BUKIT – BUKIT PASIR, saat
MUHAMMAD mendapat KEMENANGAN ditandai dengan KAMAR – KAMAR bertuliskan
huruf QOF.
NO KRONOLOGI CERITA
41 YANG DIJELASKAN – FUSHSHILAT
42 MUSYAWARAH – ASY SYURA
43 PERHIASAN – AZ ZUKHRUF
44 KABUT – AD DUKHAN
45 YANG BERLUTUT – AL JATSIYAH
46 BUKIT-BUKIT PASIR – AL AHQOF
47 MUHAMMAD – MUHAMMAD
48 KEMENANGAN – AL FATH
49 KAMAR-KAMAR – AL HUJURAT
50 QOF – QOF

Cerita VI; (Surah 51 – 60)
ANGIN YANG MENERBANGKAN menghembus ke BUKIT saat BINTANG dan BULAN
bersinar sebagai bukti kuasa YANG MAHA PEMURAH yang akan mendatangkan
HARI KIAMAT menghancurkan BESI pada saat WANITA YANG MENGAJUKAN
GUGATAN mengalami PENGUSIRAN sebagaimana menimpa PEREMPUAN YANG DIUJI.
NO KRONOLOGI CERITA
51 ANGIN YANG MENERBANGKAN – ADZ DZARIYAT
52 BUKIT – ATH THUR
53 BINTANG – AN NAJM
54 BULAN – AL QOMAR
55 YANG MAHA PEMURAH – AR RAHMAN
56 HARI KIAMAT – AL WAQI ‘AH
57 BESI – AL HADID
58 WANITA YANG MENGAJUKAN GUGATAN – AL MUJADILAH
59 PENGUSIRAN – AL HASYR
60 PEREMPUAN YANG DIUJI – AL MUMTAHANAH

Cerita VII; (Surah 61 – 70)
BARISAN orang beriman pada HARI JUM’AT berbeda dengan ORANG – ORANG
MUNAFIK saat HARI DITAMPAKAN KESALAHAN – KESALAHAN orang yang suka
TALAK dalam pernikahan dan Allah MENGHARAMKAN pelimpahan KERAJAAN
secara tertulis dengan PENA pada HARI KIAMAT yang tidak ada lagi
TEMPAT – TEMPAT NAIK bagi amal sholih.
NO KRONOLOGI CERITA
61 BARISAN – ASH SHOF
62 HARI JUM’AT – AL JUMU’AH
63 ORANG-ORANG MUNAFIK – AL MUNAFIQUN
64 HARI DITAMPAKAN KESALAHAN-KESALAHAN – AL TAGHOBUN
65 TALAK – ATH THOLAQ
66 MENGHARAMKAN – AT TAHRIM
67 KERAJAAN – AL MULK
68 PENA – AL QOLAM
69 HARI KIAMAT – AL HAAQQAH
70 TEMPAT-TEMPAT NAIK – AL MA ‘ARIJ

Cerita VIII; (Surah 71 – 80)
NUH diganggu JIN saat ORANG YANG BERSELIMUT dan ORANG YANG BERKEMUL
tertidur pulas tidak menyadari datangnya KIAMAT ketika MANUSIA
didatangkan MALAIKAT YANG DIUTUS menyampaikan BERITA BESAR tentang
kematian yang dibawa MALAIKAT – MALAIKAT YANG MENCABUT nyawa sedangkan
IA BERMUKA MASAM.
NO KRONOLOGI CERITA
71 NUH – NUH
72 JIN – AL JINN
73 ORANG YANG BERSELIMUT – AL MUZAMMIL
74 ORANG YANG BERKEMUL – AL MUDATSTSIR
75 KIAMAT – AL QIYAMAH
76 MANUSIA – AL INSAN
77 MALAIKAT YANG DIUTUS – AL MURSALAT
78 BERITA BESAR – AN NABA’
79 MALAIKAT-MALAIKAT YANG MENCABUT – AN NAZI ‘AT
80 IA BERMUKA MASAM – ‘ABASA

Cerita IX; (Surah 81 – 90)
Gempa MENGGULUNG bumi hingga TERBELAH dan ORANG-ORANG YANG CURANG pun
ikut TERBELAH hancur lebur menjadi GUGUSAN BINTANG diantaranya bintang
YANG DATANG DI MALAM HARI atas kuasa YANG PALING TINGGI pada HARI
PEMBALASAN tidak akan muncul FAJAR di NEGERI manapun.
NO KRONOLOGI CERITA
81 MENGGULUNG – AT TAKWIR
82 TERBELAH – AL INFITHOR
83 ORANG-ORANG YANG CURANG – AL MUTHOFFIFIN
84 TERBELAH – AL INSYIQOQ
85 GUGUSAN BINTANG – AL BURUJ
86 YANG DATANG DI MALAM HARI – ATH THORIQ
87 YANG PALING TINGGI – AL A ‘LA
88 HARI PEMBALASAN – AL GHOSYIYAH
89 FAJAR – AL FAJR
90 NEGERI – AL BALAD

Cerita X; (Surah 91 – 99)
MATAHARI tenggelam saat MALAM tiba hingga datang WAKTU DHUHA Allah
MELAPANGKAN rizki dan menumbuhkan BUAH TIN untuk manusia yang berasal
dari SEGUMPAL DARAH tanpa KEMULIAAN sedikit pun sebagai BUKTI akan
terjadi KEGONCANGAN dunia.
NO KRONOLOGI CERITA
91 MATAHARI – ASY SYAMS
92 MALAM – AL LAIL
93 WAKTU DHUHA – ADH DHUHA
94 MELAPANGKAN – AL INSYIROH
95 BUAH TIN – AT TIN
96 SEGUMPAL DARAH – AL ‘ALAQ
97 KEMULIAAN – AL QODR
98 BUKTI – AL BAYYINAH
99 KEGONCANGAN – AZ ZALZALAH

Cerita XI; (Surah 100 – 114)
KUDA PERANG YANG BERLARI KENCANG pada HARI KIAMAT tidak lagi untuk
BERMEGAH – MEGAHAN pada MASA itu si PENGUMPAT diinjak – injak GAJAH
milik SUKU QURAISY tanpa menyisakan BARANG – BARANG YANG BERGUNA
sedikit pun, apalagi NI’MAT YANG BANYAK semuanya pergi dari
ORANG-ORANG KAFIR tanpa mendapat PERTOLONGAN dari GEJOLAK API yang
membakar karena tidak MEMURNIKAN KEESAAN ALLAH yang sejak WAKTU SUBUH
semua MANUSIA telah melaksankannya.
NO KRONOLOGI CERITA
100 KUDA PERANG YANG BERLARI KENCANG – AL ‘ADIYAT
101 HARI KIAMAT – AL QORI ‘AH
102 BERMEGAH-MEGAHAN – AT TAKATSUR
103 MASA – AL ‘ASHR
104 PENGUMPAT – AL HUMAZAH
105 GAJAH – AL FI-L
106 SUKU QURAISY – QURAISY
107 BARANG-BARANG YANG BERGUNA – AL MA ‘UN
108 NI’MAT YANG BANYAK – AL KAUTSAR
109 ORANG-ORANG KAFIR – AL KAFIRUN
110 PERTOLONGAN – AN NASHR
111 GEJOLAK API – AL LAHAB
112 MEMURNIKAN KEESAAN ALLAH – AL IKHLASH
113 WAKTU SUBUH – AL FALAQ
114 MANUSIA – AN NAAS
semoga bermanfaat,aamiin.
sumber : mbaq tercinta pebs ok, yang juga copas^^